Kamis, 21 Januari 2016

Tarian Tradisional dari Daerah Sulawesi Utara

Tarian Tradisional Indonesia - Provinsi Sulawesi Utara memiliki beragam seni tari atau tarian tradisional yang sudah terkenal. Provinsi yang beribukota di Manado ini memiliki penduduk dengan etnis utama adalah suku adat Minahasa, suku Sanggihe, Talaud serta suku Bolaang Mangondow. beberapa lagu daerah yang juga terkenal dari Sulawesi Utara antara lain O Ina ni keke, Esa Mokan, Sitara tillo dan Sipatokaan.

Adapun tarian tradisional yang berasal dari Propinsi Sulawesi Utara ini sebagian besar merupakan tarian adat dan tradisi yang sudah ada sejak zaman dahulu. Kemudian tari-tarian tradisional Sulawesi Utara tersebut mengalami perubahan dan pengembangan hingga saat ini kita dapat menyaksikan kreasi dari beberapa tari tradisional Sulawesi Utara tersebut.

Tarian Tradisional dari Daerah Sulawesi Utara

Jenis Tarian dari Daerah Sulawesi Utara

Beberapa jenis tari dari Provinsi Sulawesi Utara tersebut antara lain :

Tari Maengket

Tari Mangengket merupakan tarian tradisional yang berasal dari suku Minahasa yang merupakan suku asli penduduk Provinsi Sulawesi Utara. Kata Maengket sendiri berasal dari bahasa Minahasa yang berarti mengangkat tumit kaki naik turun.

Tari Maengket ini sudah ada di tanah Minahasa sejak rakyat Minahasa mengenal pertanian terutama menanam padi di ladang. Kalau dulu Maengket hanya dimainkan pada waktu panen padi dengan gerakan-gerakan yang sederhana, maka sekarang tarian maengket telah berkembang baik bentuk pertunjukannya dan juga tarinya tanpa meninggalkan keaslian terutama syair/sastra lagunya.

Tari maengket terdiri dari 3 babak yaitu Maowey Kamberu, Marambak, Lalayaan. Moawey Kamberu adalah tarian yang dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur pada saat panen padi berlimpah. Sementara, Marambak adalah tarian yang menampilkan semangat gotong royong rakyat Minahasa dalam membangun rumah baru bagi keluarga baru, dan lalayaan adalah tarian yang melambangkan pemuda-pemudi minahasa yang mencari jodoh atau dikenal juga dengan tari pergaulan muda-mudi Minahasa di zaman dulu. Tari maengket Moawey kamberu dilakukan 7 hari sebelum bulan purnama di halaman batu (Tumotowa), di malam bulan purnama dilakukan tari lalayaan dan 7 hari setelah bulan purnama dilakukan tarian maengket marambak dalam upacara pemasangan lampu untuk rumah baru (sumolo.

Maengket sebenarnya bukan murni sebuah tarian, akan tetapi merupakan perpaduan antara seni tari, musik dan nyanyi, serta seni sastra yang terukir dalam lirik lagu yang dilantunkan. Tari maengket merupakan ikon daya tarik pariwisata bagi provinsi Sulawesi Utara.Sehingga, tari maengket dipertahankan sebagai aset kebudayaan dengan terus mengalami modifikasi tanpa mengesampingkan nilai- nilai filosofis dari tarian tersebut. Tari maengket dipertunjukan selain dalam upacara-upacara adat juga menjadi salah satu alternatif hiburan tradisional yang masih terus dipertahankan dan dikembangkan oleh masyarakat Minahasa.

Tari Pisok

Tari Pisok tercipta dan terinspirasi dari kehidupan burung pisok yang sangat langka di Tanah Minahasa. Tari Pisok berasal dari Tanah Minahasa Sulawesi Utara. Tarian Pisok ini menceritakan kehidupan masyarakat Minahasa yang selalu hidup rukun, bekerja secara gotong royong, lincah dan enerjik.

Tari Pisok ini cukup terkenal di Indonesia, bahkan pada tahun 2004 Tari Pisok dijadikan sebagai salah satu perangko/filateli Indonesia bersama beberapa kebudayaan Indonesia lainnya. Begitu seharusnya kita bangga akan tari Pisok ini.

Tari Mahambak

Tari Mahambak berasal dari suku Bantik di Sulawesi Utara yang merupakan sarana pengungkapan perasaan
komunal orang Bantik yang bermukim secara terpencar dan berkelompok dibeberapa pusat tinggal antara lain di Malalayang, Molas, Ongkow dan Boyong. Karena terpisang - pisah, maka suku Bantik ini saling merindukan satu sama lainnya hingga melahirkan persaan persatuan dan kerukukan.

Nilai-nilai persatuan dan kerukunan itu tercermin sangat jelasnya dalam bait-bait syair yang dinyanyikan dalam Tari Mahambak. Mahambak yang secara harfiah berarti bergembira dan bersukacita, merupakan tarian yang ditampilkan pada acara kegembiraan seperti naik rumah baru, panen raya yang berlimpah dan upacara adat lainnya.

Berikut salah satu contoh syair dari Mahambak Bantik karya G Kiroh :

Matungkobey kite bantik ingkasa kata ada Bantik suin sau taya ma bata .Dandi suka nayang-anyang ingkasa kata Ada Bantik suin sau tayamabata ,Matungkobey kite Bantik ingka sa kata , Botete kite maya botete kite maya suin Kabantikan Kite maya suin sau age nu intuhuan .

Terjemahan bebas : Ajakan persatuan kembali anak suku Bantik yang sudah lama terpencar akibat tenggelamnya pulau Panimbulang ,Kita menyanyi bersama-sama,mari kita menari bersama-sama Kita jalin kembali persekutuan Bantik . Mari kita suku Bantik bersatu padu . Ayo marilah kita bersatu hai anak suku Bantik . Jika kita bersatu kembali maka kita akan menjadi rukun kembali .

Ada 2 jenis tari mahambak bantik, yaitu mahambak tradisional dan mahambak imbasan. Mahambak tradisional yaitu tarian dengan gerakan menghentakkan kaki tanpa diiringi tambur. Sedangkan mahambak imbasan adalah tarian tradisional dengan penyanyin Solo , duet dan trio di iringi tambur.

Tari Mesalai

Tari Mesalai adalah merupakan tari tradisional yang berasal dari daerah Sangihe Talaud Sulawesi Utara.

Tari Mesalai pada awalnya merupakan suatu tradisi masyarakat Sangihe Talaud yang percaya pada kekuatan Ghenggona Langi, Dauatang Saluruang (Tuhan Yang Maha Tinggi, Penguasa Alam Semesta). Mereka menyadari bahwa segala sesuatu yang merupakan keberhasilan/keberuntungan adalah pemberian Ghenggona (Tuhan). Itulah maka masyarakat Sangihe melakukan ritual sebagai ungkapan rasa syukur kepada Ghenggona melalui bentuk ritual mesalai ini.

Seiring dengan perkembangan zaman dan masuknya agama-agama baru, tari mesalai saat ini juga digunakan sebagai pelengkap upacara adat dan syukuran, seperti: khitanan, perkawinan, mendirikan rumah baru, peresmian perahu baru dan lain sebagainya.

Tari mesalai dilakukan oleh kelompok penari tanpa ada formasi tertentu. Para penari melakukan tarian secara spontan sebagai keterlibatan mereka dalam upacara adat yang merupakan cerminan rasa syukur atas karunia yang dilipahkan oleh Tuhan Yang Maha Esa.

Tari Mesalai ini diiringi oleh musik yang dimainkan dari alat musik tradisional dari Sulawesi Utara seperti Tagonggeng, ulintang dan nanaungang dan iringan lagu vocal Sasambo yang merupakan lagu-lagu pujaan dan ajaran baik dan buruk.

Para penari mesalai menggunakan busana adat daerah Sulawesi Utara yang dinamakan Laku Tepu. Busana Laku Tepu ini terbuat dari tumbuhan sejenis pisang yang kadang disebut juga serat manila. Selain itu, para penari pria juga menggenakan tutup kepala yang terbuat dari lipatan kain yang disebut paporong dan sapu tangan (lenso). Sedangkan, busana yang dikenakan oleh penari wanita diantaranya adalah:
Laku tepu, papili mahkota yang terbuat dari kulit penyu yang dihiasi sejenis bunga angrek, topo-topo rangkaian bunga yang dililitkan pada sanggul, soho/kalung, galang gelang, lenso/sapu tangan dan boto pasige/sanggul.

Blog ini kami buat secara khusus sebagai dokumentasi dengan tujuan mempermudah bagi Anda yang ingin mengenal Lebih jauh mengenai Tarian, Seluruh grafis diambil dari sumber yang berbeda, Jika ada Gambar atau artikel yang menyinggung atau di bawah Hak Cipta Anda maka silakan E-mail kami pada halaman Contact, Dalam 1x24 jam artikel/gambar akan kami hapus. Terima Kasih.
Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Tarian Tradisional dari Daerah Sulawesi Utara

0 komentar:

Posting Komentar

..::Terima Kasih Atas Kunjungannya::..
Silahkan tinggalkan komentar Anda segala bentuk kritik dan saran kami harapkan dari pembaca sekalian..!!!
Komentarlah dengan kata-kata yang sopan and NO SPAM..!!!
Thanks.